www.teropongpublik.id –
Di pertengahan 2025, Luna tampil dalam film GJLS: Ibuku Ibu-ibu, besutan sutradara Monty Tiwa. Ia bakal beradu akting dengan trio komika GJLS: Rigen Rakelna, Hifdzi Khoir, dan Ananta Rispo. (Foto: Suara.com)
JAKARTA — Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu terus menarik perhatian penonton bioskop sejak rilis pada 12 Juni 2025. Hingga saat ini, film arahan Monty Tiwa itu telah mendapat penonton 368 ribu orang, mendekati target 500 ribu yang dijanjikan sebagai syarat pembuatan SIM gratis bagi 10 orang.
“500 ribu penonton, Rispo bikinin 10 SIM,” tulis sebuah akun media sosial, dan respon positif pun datang dari Rispo, “Tunggu 500 ribu dulu ya.”
Janji tersebut awalnya muncul dalam promosi unik yang menjadi ciri khas film ini. Dengan antusiasme penonton yang terus mengalir, target tersebut kini semakin dekat. Penambahan 72 layar pada awal penayangan memberikan dorongan tambahan bagi film ini. Tidak lama setelahnya, diumumkan tambahan 403 layar bioskop di seluruh Indonesia.
“Tambah 403 layar di seluruh Indonesia. Lebih dari 1.763,” ungkap akun resmi film tersebut.
Menggali Lebih Dalam Tentang Film
Kehadiran film ini menjadi kejutan tersendiri, terutama bagi Rispo yang sejak awal tidak memasang ekspektasi tinggi. Dia bahkan sempat menjawab pertanyaan mengenai target penonton dengan angka yang hyperbolis.
“Setiap ditanya target jumlah penonton GJLS: Ibuku Ibu-Ibu, selalu gue jawab 54 juta,” ungkap Rispo lewat akun media sosialnya. Meski harapan tersebut terkesan tak realistis, pada akhirnya film ini menunjukkan hasil yang lebih baik dari yang dia bayangkan. Ia mengakui, “Berapa pun hasilnya nanti, film ini bisa tayang di bioskop saja sudah membuat saya terharu.” Penonton yang mulai mengakrabkan diri dengan karakter dan cerita yang ditawarkan menciptakan ikatan emosional yang kuat.
Kekonyolan dan Keunikan Karakter
Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu menampilkan kekonyolan khas dari trio GJLS—Rigen, Hifdzi, dan Rispo—yang berusaha menggagalkan pernikahan ayah mereka (diperankan oleh Bucek Depp) karena takut warisan berkurang. Namun, menurut sutradara Monty Tiwa, narasi bukanlah fokus utama dari film ini.
Monty berpendapat, “Kalau dibilang ini menabrak aturan sinema mana pun, saya setuju. Tapi ya gitu, emang nggak ada aturan yang bisa mengikat GJLS ini. Tugas saya di sini, memang hanya menyediakan panggung untuk GJLS.” Pendekatan yang diambil dengan gaya absurd dan lelucon tanpa batas ini membuat film ini bukan hanya sebuah tontonan biasa, tetapi juga sebuah karya yang menantang norma perfilman konvensional.
Dalam konteks ini, penonton tidak hanya disuguhi kekonyolan tetapi juga momen-momen yang dapat memicu tawa, membawa penonton untuk terhubung dengan karakter-karakternya. Pesan yang tersampaikan di antaranya adalah pentingnya momen kebersamaan dalam keluarga, walaupun dengan cara yang sangat menggelitik.
Film ini berhasil menciptakan kombinasi antara hiburan yang ringan dan tema yang lebih mendalam, menjadikannya pilihan menarik bagi penonton dari berbagai kalangan. Melalui kehadiran karakter-karakter unik ini, film tersebut mampu menarik perhatian masyarakat dan memberikan rasa penasaran yang besar.
Dengan komedi yang segar dan dialog-dialog yang menggelitik, GJLS: Ibuku Ibu-Ibu tidak hanya berhasil menggugah tawa tetapi juga menggugah pikiran. Maka, tidak heran jika film ini terus diminati dan mendapat tempat di hati penonton.